Menjelaskan “Cincin” Kepada Kekasih

Seperti judulnya, tulisan ini memang ditujukan kepada sahabat menye-menyeku alias kekasihku alias pacarku dan juga menjelaskan soal lagu Cincin karya Hindia yang baru dirilis beberapa hari lalu. Tentunya sebuah pesan gak ada tiba-tiba tanpa penyebab, tulisan ini ada dan disampaikan karena dua penyebab. Pertama, impresi pertama setelah aku kirim tautan video lirik lagu Cincin ini yang apa bangeeetttt. Tapi, tak apa saya tahu kalau kamu sedang sibuk-sibuknya urusan KKN jadi gak sempat nonton dan menerima maksudku dengan baik.

Kedua, isi tulisan ini juga muncul dari obrolanku sama Fadhlan di Tekoff Coffee & Roastery hari ini sepulang mengisi MPLS di salah satu sekolah swasta di Jogja. Ngobrol ngalor ngidul, mulai dari ngomongin IPM, filsafat, kehidupan, sampai ngomongin album Hindia terbaru dan lagu ini. Gak kaleng-kaleng. Waktu aku ngutarain pendapatku soal lagu ini, tiba-tiba Fadhlan ngeluarin ponselnya buat ngerekam jadi podcast –nanti podcastnya bisa didengerin kalau udah jadi.

Lalu di perjalanan pulang saya terpikirkan, “kenapa gak yang saya obrolin di podcast tadi saya tulis aja ya buat kamu”. Selagi KKN jadi gak memungkinkan untuk menjelaskan lewat whatsapp panjang-panjang. Maka jadilah tulisan ini supaya lebih ringkes dan sekali baca. Oiya sebelum lanjut gak ada salahnya sambil diputar lagunya.

Lagu Cincin Kita Banget

Seperti yang dibilang pada impresi pertama tentang lagu ini yang direspon dengan “jd maksudmu aku sakit jiwa po?” Lha iya. WKWKWK. Segala carut marut di lagu ini cukup menggambarkan kita secara personal maupun hubungan.

“ Kau bermasalah jiwa
Aku pun rada gila
Jodoh akal-akalan neraka, kita bersama
Kau langganan menangis
Lakimu muntah-muntah
Begitu terus sampai Iblis tobat dan sedekah

Terkadang rasanya leher terbakar hingga pagi
Seperti aku hidup berpasangan dengan api
Berhenti, ulangi, psikolog dan terapi
Aku isi bensin, kita coba lagi”

Setidaknya pre-chorus di atas cukup menggambarkan kamu yang cukup punya masalah pribadi maupun masalah dengan saya. Sayapun kadang agak gila dengan urusan yang gak habis-habis bikin pusing tujuh keliling. Menangis & muntah-muntah terus, seperti berpasangan dengan api. Tapi nyatanya kita masih jalan terus setidaknya sampai sekarang.

Lagu Cincin Bukan Kepasrahan

Ini adalah poin yang saya sempat obrolin sama Fadhlan dan nampaknya gak ada salahnya buat kamu tahu juga. Selain lagu ini punya musik ngebeat cenderung pop punk yang “ini aliran saya parah”. Tapi selain memang musiknya yang enak dan cocok dengan saya, menurut saya lagu ini punya makna dan maksud yang bagus banget.

Percayalah bahwa lagu ini bukan kepasrahan Baskara yang belum tahu kapan akan memberikan “cincin” kepada pasangannya. Seperti halnya banyak laki-laki yang belum bisa ngasih kepastian ke pasangannya soal melangkah ke jenjang selanjutnya. Alasan saya memberitahu kamu soal lagu ini adalah lagu ini berunsur soal harapan dan syukur di tengah-tengah orang yang pesimis soal hubungannya.

“Semoga hidup kita terus begini-gini saja

Walau sungai meluap dan kurs tak masuk logika

Semoga kita mencintai apa adanya

Walau katanya sekarang ku bisa masuk penjara”

Pada bagian chorus ini punya kata-kata yang cenderung dipakai untuk orang pasrah, demotivasi, dan kondisi-kondisi buruk lainnya. Misalnya “begini saja” yang cenderung dipakai ketika kita mendapatkan kondisi yang buruk, tapi mau tidak mau harus dijalanini seperti “ya sudah begini saja dulu”, “Jalan saja dulu, lihat nanti”, dan ungkapan-ungkapan pasrah lainnya.

Lalu kata “mencintai apa adanya” cenderung biasa digunakan pada kondisi hubungan sepasang kekasih yang meminta atau terpaksa untuk mencintai apa adanya dari pasangannya. “Jangan cintai aku apa adanya”, “cintai aku apa adanya”, dan ungkapan-ungkapan semacamnya. Keduanya sama-sama sering digunakan pada kondisi yang kurang baik dalam sebuah pasangan, baik lewat lagu maupun ucapan-ucapan sehari-hari kita.

Namun, pada lagu ini saya melihat hal-hal tersebut menjadi berbeda. Dalam lagu ini saya melihat sebuah harapan dan rasa syukur seseorang yang sedang menjalin hubungan pasangan kekasih. Berharap untuk punya keadaan yang begini-gini saja, tidak berubah walaupun keadaan sedang baik-baik saja maupun sebaliknya dan tetap mencintai apa adanya.Meskipun keadaan di luar hubungan ini sangat kacau yang digambarkan dengan keadaan sungai meluap yang saya maknai pemanasan global, bencana, climate change, dan keadaan lingkungan lain yang tidak baik. Serta kurs yang tak masuk logika yang saya maknai keadaan ekonomi –baik secara mikro maupun makro–  yang gak baik.

Kita perlu bersyukur dengan keadaan yang begini-gini saja dan cenderung flat –jarang ada masalah besar yang terjadi dalam hubungan kita–. Gak tentu setiap individu yang menjalani hubungan dengan seseorang bisa merasakan keadaan yang begini-gini saja. Mungkin ada yang di atas banget, tapi waktu jatuh sakit banget. Semua kembali kepada apa? Yak betul, mindset.