Sebenarnya Kita Masih Dianggap Kecil Seperti Nina

Beberapa waktu lalu, Band .Feast merilis album baru mereka yang bertajuk “Membangun & Menghancurkan”. Sebelum merilis album yang dipersiapkan dari akhir tahun 2023 ini, mereka sudah merilis tiga lagu terlebih dahulu yang salah satunya berjudul “Nina”. “Nina” juga termasuk track dalam album Membangun & Menghancurkan. Setelah peluncurannya, lagu ini sempat cukup viral di media sosial seperti TikTok –seenggaknya berseliweran di timeline penulis. Lagu yang bertemakan keluarga ini seringkali digunakan di video Tiktok yang mengcapture tentang keluarga maupun orang-orang terdekat para pengguna Tiktok.

Siapa Nina?

Nina dalam lagu ‘Nina’ sebenarnya merujuk pada putri pertama salah satu anggota band .Feast, yakni Adnan (gitaris .Feast). Lagu yang bernuansa ballad ini ditulis langsung oleh Adnan dan sedikit modifikasi dari Baskara a.k.a Hindia. Isi dari lagu ini sendiri merupakan cerita tentang Adnan dan atau untuk putrinya, Nina.

Pada lagu ini nggak hanya bercerita tentang kondisi ayah yang harus pergi jauh untuk menghibur (mencari nafkah). Tapi juga doa dan harapan seorang ayah kepada anaknya untuk bisa lebih baik dari ayahya, bisa berbahagia dengan ayahnya, dan belajar tentang kehidupan kedepannya. Selain itu, lagu ini juga berisi ketakutan dan keniscayaan seorang ayah terhadap anaknya, ketakutan seorang ayah tentang anaknya yang akan menghadapi ‘dunia’ yang keras dan keniscayaan seorang ayah yang akan selalu melindungi dan berkutat pada kehidupan anaknya. Bahkan ketika nanti harus meninggal terlebih dahulu, mereka akan bertemu lagi dengan kondisi yang masih sama.

‘Nina’ Bukan Lagi Tentang Seorang Ayah dan Anak

Setelah viral di media sosial (setidaknya media sosial penulis, algoritma pengguna berbeda-beda), banyak orang merasa sepenuhnya relate dengan lagu ini bahkan bisa menjadi sebuah refleksi bagi mereka-mereka yang merasakan. Namun, penulis melihat terdapat fenomena unik yang terjadi setelah lagu ini terblow up lebih luas lagi yairu banyak orang yang meng‘Nina’kan orang lain selain anaknya yang mana ini berbeda dengan konteks asli lagu ini. Banyak kakak yang meng‘Nina’kan adik kecilnya, banyak orang yang meng‘Nina’kan  pasangannya, dan banyak orang yang meng‘Nina’kan sahabat-sahabatnya. bahkan nggak sedikit orang yang meng‘Nina’kan orang tuanya, padahal lagu ini ditujukan kepada anak oleh orang tua nya. Bahkan penulis lebih sering meng‘Nina’kan diri penulis sendiri waktu kecil.

Namun, hal seperti ini tentu wajar. Ketika seniman mempublikasikan produk seninya, makna dari produk seni bukan lagi tanggung jawab seniman. Orang bisa menginterpretasikan makna dari produk seni tersebut secara beda-beda, salah satunya fenomena yang penulis jelaskan di atas.

Sebenarnya Kita Masih Dianggap ‘Kecil’ Seperti Nina

Dari fenomena di atas, penulis merasa bahwa sebenarnya kita masih dianggap kecil seperti Nina, baik kecil secara harfiah maupun makna ‘kecil’ lainnya. Ada orang-orang disekitar kita yang mau kita tumbuh jadi lebih baik lagi, mau mengorbankan beberapa hal di hidupnya untuk kita, bahkan rela menjual dunianya untuk kita. Masih ada orang-orang di sekitar kita yang masih mau bertemu dengan kita esok hari dengan kondisi apapun.

Jadi buat gen z-gen z yang mau buru-buru meninggal, pikir dua kali deh. 😀

Tinggalkan komentar