Judul di atas ditulis bukan karena saya gak punya pretasi atau keberhasilan apa-apa di tahun 2023. Bukan juga karna biar sok-sokan keren “ih anjir Hanif dingin banget”, totally not. Justru judul di atas dibuat karena saya sendiri bingung bisa mulai melalui tahun-tahun berat sebagai manusia, dengan biasa aja. Berhasil, Alhamdulillah. Gak berhasil, ya sudah, kita coba lagi.
Meski begitu saya sadar bisa melewati banyak hal yang berat di tahun 2023. Menyelesaikan tuntutan belajar teori di perkuliahaan yang kayaknya hahahihi, tapi berat juga. Menyelesaikan tanggung jawab sebagai ketua umum yang berat (coba tanya Beba). Selain melewati juga memulai banyak hal baru yang kayaknya agak-agak berat. Mulai melangit menjadi warga IPM di wilayah. Mulai merasakan sulitnya konsisten mengais rezeki yang bukan dari proyekan-proyekan sesaat.
Banyak banget yang bisa disyukuri dan dipelajari dari tahun yang biasa aja ini. Pertama, mulai dekat dengan kata “ternyata”. Saya yang dulu ambisius dan punya banyak cita-cita sering dijatuhkan sama kenyataan yang ternyata gak sesuai sama road map yang udah direncanakan di awal. Saya yang dulu berharap punya banyak teman baik, ternyata gak semuanya teman itu teman. Saya yang dulu berpikir kalau dunia ini kejam, ternyata lebih kejam lagi dari yang saya pikir di awal.
Dari mulai terbiasa dengan kata “ternyata”, jadi bisa lebih siap dengan plan b atau minimal lebih tenang ketika semua gak sesuai ekspetasi. Lebih bisa membatasi diri dengan orang kebanyakan. Lebih bisa mengalah dengan dunia yang kejam. Kalau kata ayah dari salah satu teman saya “ndak kagetan”.
Kedua, terbiasa melontarkan kata “biasa aja”. Setelah dekat dengan “ternyata” dan lebih siap dengan kenyataan, saya makin sering melontarkan kata “biasa aja” pada semua hal. Mungkin terdengar apatis, acuh, dan bodo amat. Di satu sisi mungkin saya makin agak bodo amat dengan yang bukan urusan saya. Di sisi lain, saya jadi terbiasa secukupnya dalam memandang sesuatu. Dapat hal baik, ya alhamdulillah, tak perlu harus senang berlebihan. Dapat hal buruk ya sudah, di hadapi di lewati. Senang secukupnya. Marah secukupnya. Merayakan secukupnya. Menghina secukupnya –lebih ke ngedumel sendiri sih.
Ketiga, terbiasa merayakan hal kecil dan lebih empati terhadap hal kecil. Dulu saya adalah orang yang terlalu muluk dalam memandang sesuatu dan bercita-cita. Sehingga saya sulit untuk bisa mensyukuri dan merayakan hal-hal kecil. “Pokoke sesuatu sing dirayakan adalah hal-hal besar”. Tapi karna mulai jadi “biasa aja”, saya jadi lebih sering merayakan hal-hal kecil. Merayakan keberhasilan menyelesaikan task mingguan dengan makan mie dok-dok warmindo di akhir pekan dengan kekasih atau teman terdekat misalnya.
Selain itu saya jadi lebih empati terhadap hal kecil. Dulu saya meremehkan ucapan semangat, turut berduka, turut berbahagia. Sekarang saya bisa lebih menghargai ucapan-ucapan sederhana tersebut yang padahal di dalamnya ada doa baik buat kita. Misalnya kita ketemu teman, ketika berpisah saling mengucapkan “yowes sukses terus ya, sehat-sehat juga”. Rasanya sepele dan terkesan formalitas, tapi kalau diucapkan, diyakinkan, dan diaminkan sama lubuk hati terdalam, rasanya Allah akan gak kepenak kalau gak mengabulkan doa tersebut.
Syukur masih banyak hal yang bisa didapatkan dari tahun 2023. Rasanya terlalu congak dan membuat yang baca iri kalau disebutkan banyak-banyak. Apalagi perubahan-perubahan yang sifatnya teknis. 😀
Akhir kata,
Selamat tahun baru.