Percaya deh, Makin Dewasa Makin Sedikit Temen Itu Ril

Beberapa waktu lalu –lebih ke beberapa bulan yang lalu, saya tiba-tiba diajak makan malem sama salah satu teman sekaligus senior di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Bukan jam 19, bukan jam 20, tapi jam 22. Memang pertemuan itu juga gak sengaja, pasca selesai suatu acara di IPM juga.

            Awalnya saya malas betul untuk diajak makan malem bareng. Selain watt mata yang semakin mengecil, perutpun udah terisi dua jam lalu –sebagai anak rumahan, makan dan tidur teratur adalah bisa menjadi keniscayaan. Akhirnyapun saya iyakan ajakan makan malam tersebut, tapi dengan catatan saya gak ikut makan, cukup ikutan ngeteh.

            Saya mengerti ketika senior satu ini ngajakin keluar, makan, main, dll, pasti ada suatu hal yang perlu dibahas atau mau curhat atau minimal doi lagi butuh temen aja. Sebagai junior sekaligus rekan kerja sekaligus teman sekaligus sahabat tentu saya perlu sesekali ngobrol-ngobrol agak deep talk sama dia. Berangkatlah kita ke sebuah warung penyetan atau di Jogja di sebut pecel lele langganan kita berdua.

            Sesuai plan awal, saya hanya memesan segelas teh anget buat menghangatkan tubuh sambil ngobrol-ngobrol. Praduga saya salah, ternyata emang murni hanya ngajak makan aja, gak ada obrolan-obrolan spesifik yang mau dibahas. Tapi masa iya, makan-nongkrong doang gak ngobrol. Akhirnya kamipun saling update-update soal kehidupan –kuliah, organisasi, pekerjaan.

            Sepanjang obrolan saya merasa ada yang aneh dengan orang ini, gak biasanya dia ngobrolin topik kehidupan professional secara agak serius –padahal dia anaknya aktivis banget, puol menthok pokoke. Setelah denger-denger ceritanya semalam itu, emang bener kayaknya orang ini habis kejatuhan kepala muda yang bikin tiba-tiba arah hidupnya berubah. Tapi, gak papa, kan people change.

            Selama obrolan itu, kebetulan juga ada yang mau saya curhatin ke doi dan kebetulan topiknya gak jauh-jauh amat. Soal kehidupan professional. Ada beberapa hal juga yang waktu itu merubah pandangan saya soal hidup –tapi bukan kejatuhan kelapa muda kayak senior satu ini. Kebetulan arah hidup yang lagi saya pikirkan cukup mirip sama pikirannya, sama-sama mau coba hidup ke arah professional.

            Sepanjang obrolan yang agak deep ini, dia memunculkan sebuah kata-kata hari ini bos nyanyanyinya nyanyanyinya anjayy yang cukup nyantol di kepala saya sampai sekarang.

Pernah denger kata-kata ‘orang makin dewasa makin dikit temennya? Mungkin itu orang-orang yang beneran sehari-hari kerja professional kantoran. Sedangkan kita di IPM, makin tua, makin banyak temennya”

– Orang yang Mengaku Medioker

            Dari kata-katanya itu saya coba menyimpulkan kalau kita mau hidup sebagai professional bisa dibarengin dengan organisasi juga untuk menjaga dan memperluas koneksi. Kalau gak bisa nyambi organisasi atau komunitas minimal temen-temen yang lama tetep dirawat silaturahimnya agar tidak terputus maka pinjamkanlah seratus, siapa tau di waktu-waktu kedepan kita butuh bantuan mereka untuk urusan-urusan lain.

Time Skip

            Akhirnya saya benar-benar melangkah di dunia professional sebagai salah satu pegawai di perusahaan digital agency di Jogja. Kurang lebih baru sebulan lebih di sini, saya sudah benar-benar mengerti mengapa “orang makin dewasa makin sedikit temennya”. Mengapa teman di kantor berbeda dengan teman di kampus, organisasi, komunitas, dan lain-lain? Mengapa berurusan dengan teman di kantor berbeda dengan berurusan dengan teman di kampus, organisasi, komunitas. Bedanya gimana? Mungkin lain kali akan ku ceritain deh, sekarang masih jadi junior di kantor. Masih tackut-tackut.

            Oiya, beda juga bukan berarti buruk ya. Tapi, bagi saya yang udah terbiasa jadi organisator (orang yang aktif di organisasi), agak shock dengan culture yang berbeda. Apalagi dituntut untuk ngantor 9 to 5 –yang sebenernya cukup fleksibel si—yang gak bukan kebiasaan saya sebelum kerja di sini.

Setelah dijalanin beberapa waktu, ternyata menjalani keduanya (bekerja dan kuliah/organisasi/komunitas), juga bukan hal yang mudah seperti pikirku sebelumnya. Perlu bagi-bagi waktu, belah-belah badan, pulang malem dengan kondisi udah cape, buat bisa ngeakomodir keduanya. Tapi, ya, nikmati dulu aja dech.

Tinggalkan komentar